Arsip Tag: Sungjong

Make Love [CHAPTER 4]

Author: Aninditya

Rate: general

Casts: Choi Seunghyun, TOP, Lee Seungjong, Kwon Jiyoung, G Dragon, Lee Reina

 

Reina POV’s

Aku berjalan berdampingan dengan Seunghyun menuju Appa yang menungguku. Ia tersenyum melihatku dengan Seunghyun. Kami berhadapan dan saling pandang. Tatapan Seunghyun yang teduh membuatku percaya. Ia memakaikan cincin perak dengan mata satu ke jari manisku, begitu juga aku. Semua orang bertepuk tangan dengan riuh.

 

Author POV’S

Jiyoung berjalan di pinggir kolam renang dengan tenang. Pandangannya terarah ke seorang yeoja yang melihat ke arah kolam renang dengan gelisah. Jiyoung memutari kolam renang untuk mendekati yeoja itu.

”hei, bagaimana pestanya?” tanya Jiyoung sambil melihat ke arah kolam renang yang tenang.

”buruk.” yeoja itu hanya menengok sekilas lalu fokus pada kolam renang lagi.

”buruk? Wae? Kau tidak menyukai pertunangan ini?”

”ne. Tentu saja.”

”waeyo?”

”wae? Haha, jawabannya mudah. Aku adalah yeojachingu Seunghyun dan tidak mungkin aku membiarkannya bersama yeoja penggoda itu.” Jiyoung melihatnya dengan tatapan tak percaya.

”yeojachingu? Igae mwoya?”

”ne, aku yeojachingu Seunghyun. Yang tadi bertunangan. Kau tidak percaya? Kau bisa menanyakan ke Seunghyun atau yeoja tadi, Lee Reina.”

”ya! Kau jangan bicara macam-macam- chankaman.” Jiyoung berhenti berbicara dan merogoh saku jasnya untuk mencari handphonenya. Ia melihat layar dan langsung menjawab.

”wae? Mwo?! Gwenchana? Haha, aigoo, ne ne arasseo. Aku juga ingin bertanya sesuatu tentang apa yang terjadi dalam pernikahanmu Reina-ah.” Jiyoung melihat yeoja disebelahnya yang sekarang tersenyum licik dengan tetap melihat ke arah kolam renang.

”siapa namamu?”

”choneun Shin Ahra.”

”kau, tetap disini. Kita belum selesai membahas omong kosong ini.” Jiyoung beranjak pergi meninggalkan yeoja yang masih tersenyum licik itu.

 

Reina POV’s

Cklek

Aku berdiri dari tempat tidur begitu melihat Jiyoung oppa masuk ke kamar. Senyumku langsung lenyap begitu melihat raut wajah Jiyoung oppa yang marah.

”kenapa bisa begini?” ia mendekatiku dengan sedikit menghentakkan kakinya,

”oppa, gwenchana?”

”kenapa bisa basah?”

”oppa gwenchana?” ia tidak menjawabku dan masuk ke kamar baju melalui connecting door kamarku. Ia kembali dengan dress berwarna kuning gading selutut dengan pita dipinggang. Ia menyerahkan dengan sedikit kasar. Jiyoung oppa kenapa? Bahkan ia tidak menjawab pertanyaanku.

”Reina-ah, bisa kau jawab pertanyaanku dengan jujur?”

”wae?”

”kau mencintai Seunghyun?” aku terkaget mendengar pertanyaannya namun sedetik kemudian aku langsung menutupi dan bersikap normal.

”waeyo oppa? Kau kan tau dijodohkan.”

”berarti kau tidak mencintainya? Apakah kau tau ia mempunyai yeojachingu?” aku tidak bisa menahan kekagetanku dengan pertanyaan Jiyoung oppa yang ini. Apa maksudnya? Apakah yang ia maksud adalah yeoja yang dicium keningnya oleh Seunghyun?

”molla oppa. Bukan urusanku.” aku membalikkan badan dan menggigit bibirku. Aku gugup.

”YA! Lee Reina!! Neo pabo-ya?!!!” Jiyoung oppa menarik tanganku dan membuatku berhadapn lagi dengannya.

”oppa, appo.” sahutku lemah. Aku tidak berani melihat mata berkilatnya.

”kau tahu pernikahan itu sakral?”

”aku tahu oppa.”

Cklek

Aku tidak melihat siapa yang masuk. Aku masih takut dengan tatapan marah Jiyoung oppa.

”ada apa?”Seunghyun! Aku langsung mengangkat wajahku dan melihatnya berjalan dengan tenang ke arah kami. Pabo!

”siapa Shin Ahra?!” walaupun hanya sedetik, aku bisa melihat wajah kagetnya.

”Shin Ahra? Ia adalah mantan yeojachinguku. Waeyo? Kau mengenalnya?”

”mantan? Bukankah masih yeojachingu?! HAH!!! Kau pikir pernikahan bermain-main?!! Aku sudah menganggap Reina-ah yeosaengku! Aku tidak akan membiarkan kau membuatnya menangis Seunghyun!!!”

”aku mencintainya. Tidakkah itu cukup untuk sebuah pernikahan?!” aku menatapnya tidak percaya. Aku tidak salah dengar? Oh tenang saja Reina-ah, itu hanya akting. Jangan berharap penuh. Rasa kecewa kembali menyelimuti perasaanku. Kami terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku tahu Jiyoung oppa tidak mudah dibodohi. Cepat atau lambat ia pasti bisa mengendus apa yang yang tidak beres.

”arasseo. Terserah kalian apa yang kalian rencanakan. Aku tidak mau ikut campur. Kecuali kalian yang memintaku. Kita keluar Seunghyun. Ia harus ganti baju.”

”chankaman, oppa, aku ingin berbicara dengan Seunghyun.” Jiyoung oppa melihatku dengan mata berkilatnya. Aku langsung menunduk lagi.

”ok. Jangan lama-lama. Kalian ditunggu.” aku menunduk pelan mengiyakan ucapan Jiyoung oppa. Jiyoung oppa menutup pintu dengan keras. Sekarang hanya aku dan Seunghyun.

”jadi, namanya Shin Ahra?” tanyaku pelan masih menunduk tidak melihat ke arahnya.

”Reina-ah, aku tidak tahu kalau ia datang ke acara kita.”

”Seunghyun-ssi, ingatkan? Perjanjian kita mengatakan kita dilarang mencampuri urusan pasangan kita. Jadi itu terserah kau. Aku tidak akan menyuruhmu mengatakannya padaku. Sekarang kau bisa keluar.” aku membalikkan badanku sama sekali melihatnya keluar.

”chankaman. Aku tidak mau kau mengatakan mencintaiku walaupun itu hanya akting atau penyelamatan diri.” aku bisa mendengar desahan nafas berat Seunghyun. Ia keluar dari kamar. Seketika juga badanku langsung lemas. Aku terduduk di karpet sebelah kasur. Otakku bereaksi dengan menampilkan pikiran ketika Seunghyun bersama yeojachingunya. Aku sampai kapanpun tidak akan menyebut namanya.

***

Aku membuka handphoneku dan melihat 20 panggilan tak terjawab. SungJong. Aku menelponnya

”yobuseo? Anhi gwenchana. Ne. Arasseo. Ye? Ya! Jongie! Yobuseo?! Aish!”

Seungjong menanyakan bagaimana kabarku. Ia khawatir aku down lagi seperti saat… ah, lupakan Reina!

 

            From: Choi Seunghyun

Reina-ah, besok kita berangkat bersama.’

 

Cih. Aku segera mengirimkan pesan ke Seungjong menyuruhku 30 menit berangkat lebih awal. Setelah apa yang terjadi hari ini mana mungkin aku membiarkan kami berdua?

***

Seunghyun POV’s

Aku menghela nafas panjang. Ahra sudah membuatku susah sekarang.

”oh, eoddi? Anhi. Aku ingin bertemu. Ne. Anniyo, aku ke rumahmu sekarang. Aku sudah bertunangan Ahra-ya.” Ahra menutup telepon begitu aku bilang aku sudah bertunangan. Memang salah? bukankah itu kenyataannya. Walaupun dia yeojachinguku, tapi tetap saja.

***

”wae?”

”untuk apa sih kau datang ke pertunangan ku? Kenapa kau menemui Jiyoung?” aku duduk didepan Ahra. Sebaik mungkin aku menahan emosiku.

”memang salah aku datang? Aku hanya ingin melihat pertunangannya Hyun-ah. Dan aku tidak menemui Jiyoung. Ia yang mendekatiku. Kau harusnya marah yeojachingu mu di ganggu.” aku bisa mendengar penekanan kata pada yeojachingu. Aku mendesah berat.

”dengar Ahra-ya, walaupun kau yeoja chinguku, kau harus menghormati apa keputusanku. Jangan sampai aku mengubah hubungan kita”

”Hyun-ah, kau tidak memikirkanku Hyun.”

”aku memikirkanmu. Dan kau pasti tahu apa yang aku lakukan sekarang untuk kebaikan”

”ya, kebaikanmu, bukan kebaikanku!” Ahra bangkit dari duduknya dan masuk ke kamarnya. Aku hanya bisa menghela nafas lagi. Kenapa ini jadi begitu rumit? Seandainya Ahra tidak datang aku sekarang baik-baik saja dengan Reina.

***

Sudah lama sekali aku tidak bertemu dan berhubungan dengan Reina. Ia tidak bisa di temui dimana-mana. Sibuk dengan urusan meeting, bertemu klien dan lainnya. Sengaja menjauhiku? Mungkin. Bahkan kalau aku ke rumahnya ia belum pulang. Ditunggu pun percuma. Tidak akan keluar. Besok hari pernikahan kami tapi belum ada kepastian darinya.

”yobuseo SungJong-ssi? Ye?! Aish jinjja! Arasseo!” Sungjong mengatakan semuanya sudah beres. Hanya tinggal fitting baju lagi. Reina tidak bilang jam berapa tapi hari ini. Sebenarnya dia menikah dengan siapa?!

Cklek

Aku memutar kursi untuk melihat siapa yang datang.

”Hye Yoon noona?” aku menatapnya heran. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa kantorku. Aku mendekatinya dan duduk di depannya dengan santai.

”kalian berniat menikah tidak sih?”

”molla.”

”ya! Apa kau begitu sibuk sampai tidak sempat menemani Reina-ssi fitting baju?” aku menatapnya heran.

”kapan?”

”sebelum aku kemari. Kalian bertengkar?”

”em.” aku hanya mengangguk sebagai jawabannya.

”aigoo, kalian ini mau menikah tetapi malah tidak akur. Oh, dia belum mengingatmu?” aku hanya tersenyum dan menggeleng.

”ah, noona, kalau dia tadi fitting berarti sekarang dia di kantor kan?”

”molla. Tadi dia bilang ada urusan lain jadi hanya mencobanya tanpa keluar dari fitting room. Dia bersama sekertarisnya yang tampan dan manis itu.” Seungjong lagi? Aish jinjja!

”noona, aku butuh bantuanmu”

***

Reina POV’s

”yobuseo? Ah, Hye Yoon onnie, anyyeong haseo. Ne. Ne? Ah, igae… Anhi. Ne.”

”waeyo?” aku menengok ke arah Seungjong yang sedang menyetir. Ia hanya sesekali melirikku.

”igae… Hye Yoon onnie, mau datang ke kantor ada yang perlu dibicarakan. Jadi aku harus kembali ke kantor secepatnya.”

”oh begitu. Arrasseo. Kita ke kantor dulu baru ke gereja untuk melihat dekorasi. Eotte?” aku hanya mengangguk menanggapi omongan Sungjong.

***

”isa-nim, igae.” aku menerima nya dengan bingung. Ia memberikan satu tangkai bunga mawar pink  kepadaku lalu disusul oleh karyawan lain yang ku temui.

”Sungjong ada perayaan apa sih? Ini bukan ulang tahunku kan?” aku bertanya kepada Sungjong yang jalan dengan santai di sebelahku sedangkan aku sibuk menerima bunga-bunga dari karyawan.

”molla. Mungkin perayaan pernikahanmu. Hahaha”

”ya! Shikkureo Jongie!”

Ting!

Pintu lift terbuka dan aku melihat keranjang penuh dengan mawar pink. Aku mengerutkan dahiku.

”ini aneh Seungjong. Kau merasa aneh.”

”tadi tidak dan sekarang iya.” Sungjong masuk ke lift dan melihat keranjangnya.

”untukmu kok Reina-ah. Ada kartunya.”

”jinjjayo?” aku memasuki lift dan melihat kartunya. Hanya tertulis untukku.

Ting.

Pintu lift terbuka di lantai 2 dan aku melihat keranjang lagi dengan bunga yang sama. Siapa sih yang iseng? Sungjong mengambilnya dan membaca kartunya

”jangan heran. Itu pesannya.” aku semakin mengerutkan dahiku bingung.

Ting!

Pintu lift terbuka dan bukan keranjang yang kutemukan, melainkan banyak karyawan memegang bunga. Mereka langsung melemparnya ke dalam lift secara bersamaan.

”YA!!!” orang terakhir melempar bunganya. Aku langsung mengambilnya dari lantai dan membacanya.

’Tunggu dan lihat’

”igae mwoya?! Aish! Sungjong bantu aku membersihkan lift ini. Bawakan bunga-bunga dibawah.”

”ne.”

Ting!

Pintu lift terbuka dan aku melihat Hye Yoon onnie tersenyum.

”anyyeong Reina-ah.”

”anyyeong haseo onnie, mianhe, aku tidak tahu ini ulah sia-”

”gwenchana. Ayo kita pergi.” aku hanya menatap aneh Hye Yoon onnie yang langsung masuk ke dalam lift dan menekan tombol Lobby.

”onnie, ada masalah?”

”ne, ada masalah sangat besar. Kau ikut aku ya? Kau juga ya Sungjong.” aku  melihatnya kaget. Bagaimana tidak, ia mengedipkan matanya kepada Sungjong.

”pegang terus bunganya ya? Kita naik mobilku.” aku hanya mengangguk pasrah.

***

Kami terdiam di mobil. Aku juga tidak tahu kami kemana. Tapi yang jelas, Hye Yoon onnie berhenti di sebuah taman. Aku mengingatnya.

”eonni taman ini, bagaimana kau tahu aku punya kenangan disini?” Hye Yoon onnie hanya tersenyum melihatku.

”nah, Sungjong-ssi, kau berikan bunganya kepada Reina-ssi. Sekarang!” aku dan Sungjong saling berhadapan kaget. Hye Yoon onnie tetap tersenyum walaupun mukanya terlihat sadis. Sungjong memasukan bunga bunganya ke keranjang yang kubawa.

”nah, Sungjong-ssi dan aku akan disana, kau kesana sendiri.”

”ye?! Onnie…”

”PPALI!!!”

”ne onnie!!” aku langsung keluar dari mobilnya. Sungjong melihatku pasrah. Aku pun balas melihatnya dengan lebih pasrah. Kasian sekali Sungjong. Hye Yoon onnie memacu mobilnya lagi meninggalkanku sendirian.

”Hye Yoon eonni!!!!” aku hanya bisa berteriak memanggilnya. Oh My Godness, percuma Reina. Aku menghempaskan pantatku di bangku terdekat sambil mendengus kesal.

”noona,” aku mengangkat wajahku yang pasrah. Aku tersenyum melihat seorang namja kecil di hadapanku.

”ne? Waegurae?”

”ini untuk noona” aku menerima kotak perhiasan berwarna pink darinya.

”untukku? Baik sekali kau. Kamsahamnida. Ini untuk mu.” aku mengusap kepalanya pelan dan memberikan 1 tangkai bungaku untuknya

”noona, percayalah, noona pasti bahagia dengannya.” aku mengerutkan keningku.

”noona, jawabannya ada di dalam taman. Masuk saja kalau mau tahu.” aku tersenyum lebar ke arah anak kecil tadi.

”ne, arasseo. Kamsahamnida.” aku mengacak rambutnya pelan. Lalu anak itu pergi meninggalkanku. Aku mengacak rambutnya pelan. Lalu anak itu pergi meninggalkanku. Aku segera beranjak dan melangkahkan kakiku masuk ke dalam taman dengan tangan kewalahan membawa bunga. Aku menganga melihat Seunghyun duduk di ayunan dan tersenyum ke arahku. Jadi ini semua ulahnya dia? Cish. Ia mengangkat buket bunga yang dipangkunya dan melambaikannya ke arahku. Aku berjalan mendekatinya.

”duduklah di ayunan.” aku hanya mengangguk dan duduk diayunan sebelahnya. Aku meletakkan bunga-bunga itu di sebelah ayunan.

”igae,” aku menengok dan tersenyum menerima sebuket bunga darinya.

”gomawo.” gumamku. Tapi aku yakin dia mendnegarnya karena ia mengangguk

”Seunghyun-ssi, bagaimana kamu bisa tau taman ini?”

”eh? Mana ungkin aku tidak tahu?” aku menengok ke arahnya dan tersenyum.

”dulu, sewaktu kecil, aku kabur dari rumah karena Appa menjodohkanku dengan Jiyoung oppa. Aku tidak mau. Hehe. Lalu aku sering kabur kesini. Dulu aku belum pernah bertemu Jiyoung oppa. Jadi aku tidak tahu kalau dia tampan. Tahu gitu aku tidak menolak lamarannya.”

”ya!” aku terkikik geli melihat Seunghyun kesal.

”lalu, waktu aku menangis, ada namja datang. Dia gendut. Lucu sekali. Hihihi, ia menemaniku seharian dan berhasil membuatku tertawa. Lalu sewaktu pulang aku tertabrak mobil dan sempat mengalami hilang ingatan jangka pendek. Jadi aku hanya ingat muka anak itu dan lupa siapa namanya. Setelah itu, aku sibuk olej Jiyoung oppa. Saat aku kabur, aku tidak menemukannya di taman ini.” aku tersenyum kecil mengingat masa kecilku.

”kalau bertemu anak itu memang kau mau apa Reina-ah?” aku melihatnya yang tersenyum hangat. Aku kembali melihat bunga-bunga dihadapanku

”naega? Mmmm, aku akan mengatakan terima kasih dan akan menjadi teman selamanya.”  aku melihat Seunghyun berdiri dan berlutut dihadapanku

”kalau begitu biarkan aku menjadi teman hiduomu, selamanya.” aku mengerutkan kening. Lalu aku teringat semuanya.

”Choi Seunghyun-ssi, kau…”

”bukankah aku bilang aku teman kecilmu? Kenapa sih kau tidak percaya?” aku hanya diam melihatnya.

”neo! Choi Seunghyun-sii! Kenapa kaku begitu jahat?!” aku menunjuknya dengan mata berkilat milikku. Ia hanya tertawa geli.

”bukankah aku sudah bilang, aku pindah cagiya. Mianhe membiarkanmu menangis sendirian. Sekarang, maukah kau menerimaku menjadi teman hidupmu?”

”tidak selamanya Seunghyun-ssi, semua bergantung perjanjian kita.” sahutku dengan sneyum licikku.

”aish, lupakan perjanjian itu Reina-ah! Jaebal.” aku mentapnya dengan kaget.

”shirreo. Kalau tidak ada perjanjian…”

”ok, begini, kita mulai dari awal. Kau dan aku. Eotte?” aku mentapnya kaget lagi.

”ya! Seunghyun-ssi, aku tidak tahu kalau kau sangat player!”

”aish! Kau mempermasalahkannya? Arasseo!” aku tersenyum kecil sambil mengalihkan pandanganku. Aku melihatnya berdiri lalu menelpon seseorang.

”yobuseo?! Ahra, uri, kita putus. Jangan hubungiku lagi dan jangan ganggu hubunganku dengan Reina. Kami besok akan menikah. Arra?!!” aku menatapnya tidak percaya.

”eotte? Kita mulai semua dari awal. Ne?” aku hanya tersenyum melihatnya.

”ah! Arasseo! Bagaimana kalau 1 bulan aku berhasil menyukaimu, maka perjanjian kita batal.” aku tersneyum licik melihatnya kesal.

”baiklah. Begitu juga boleh. Kkaja. Aku mempersiapkan piknik disana. Bawa bunganya.”

”shirreo. Kau yang membuatku susah sekarang kau yang membawanya. Ppaliyo.”

”ya!!” aku terkikik geli melihatnya kesal namun tetap memunguti bunga itu.

 

Author POV’s

Ahra menatap handphone nya tidak percaya.

”tidak, tidak mungkin, Seunghyun pasti bercanda. Mungkin dia hanya akting saat ini. Ya aku percaya dia hanya akting.” tidak sadar air mata Ahra membasahi pipinya.

”Shin Ahra?” Ahra mengangkat wajahnya dan melihat siapa yang datang.

”Kwon Jiyoung? Bagaimana bisa kau disini?”

”aku mau membeli coffe. Gwenchana?” Jiyoung mendekati Ahra dan mengusap air matanya.

”anhi, aku tidak menangis. Gwenchana. Tadi Seunghyun habis bercanda kepadaku mengatakan kami selesai. Haha itu pasti akting.” Ahra tertawa hambar. Jiyoung hanya menghela nafas panjang.

”Ahra-ssi, sudahlah, jangan menangis.”

”Kwon Jiyoung-ssi, aku tidak menangis. Aku tahu ini hanya akting.” Jiyoung hanya bisa memegang tangan Ahra dan menemaninya.

~TBC~

Anyyeong 🙂 gimana Chapter 4? seru nggak? Anin mau ngasih beberapa pertanyaan dan harus kalian jawab. 🙂 yang bener bakal Anin kasih hadiah. hadiah akan di beritahukan pada Make Love Chapter 5.

  • Siapa yang udah bisa nebak akhir cerita ini?
  • kira-kira masih panjang atau nggak cerita ini?
  • Sebutkan pairing-pairing di cerita ini.

Jawaban kalian Anin tunggu di:

Contact me on:

*twitter*

@kpopwrongcode

@aaninditya

*email*

dityagita@yahoo.com

Kamsahamnida :))

Make Love [CHAPTER 3]

Author: Aninditya

Rate: general

Casts: Choi Seunghyun, TOP, Lee Seungjong, Lee Reina, Kwon Jiyoung, G dragon

Anyyeong 🙂 Anin kembali dengan cast diri sendiri *bubar* maaf ya kelamaan :p sebenernya udah jadi dari kemarin kok. oh iya, Make Love mulai dari Chapter 5 akan di protect karena tidak sesuai untuk kebutuhan dibawah 17 tahun :p jadi ya dimaklumi ya 🙂 jadi kalian jangan lupa buat comment ya? jadi Anin bisa kasih PW. 🙂 buat siders, jangan harap kalian dapet PW! :p ENJOY READING GUYS. Anyyeong :*

 

Author POV’s

Seunghyun memasuki toko perhiasan langganan eommanya.

“anyyeong haseo Tuan Seunghyun, kami sudah menunggu.” Seorang pelayan tergopoh-gopoh menghampirinya saat melihatnya masuk.

“ne. sudah ada yang kupesan?”

“sudah Tuan. Silakan duduk dulu saya ambilkan.” Pelayan itu berlalu. Tidak lama kemudian pelayan itu kembali dengan dua kotak ditangannya.

“ini tuan pesanan anda.”

“baiklah aku bawa semuanya dulu.” Ucap Seunghyun sambil menyerahkan debit cardnya. Pelayan itu mengambil cardnya lalu meninggalkannya sendiri. Seunghyun membuka kedua kotak itu dan tersenyum.

Reina POV’s

            ”kau sibuk?”

”bisakah kau mengetuk dulu?” tanyaku yang hanya mengangkat keplaa sebentar melihat Seunghyun datang dan aku kembali berkutat kembali padaberkas ku.

Seunghyun duduk di depanku tanpa memperdulikan perkataanku. Ia meletakkan 2 kotak perhiasan di depanku.

”igae mwoya?” ucapku sambil melepaskan kacamata yang kupakai kalau bekerja.

”bukalah.”

Aku mengambil salah satu kotak dan melihat isinya. 2 cincin yang satu bermata satu, yang satu tanpa mata. Perak. Simple, tapi menawan. Aku mengangkat kepala dan melihat Seunghyun tersenyum tulus. Manis sekali. Aku hanya membalas nya dengan senyuman tipis. Aku menaruh lagi kotaknya dalam keadaan terbuka diatas meja dan mengambil kotak yang satunya. Aku membukanya. Sama perak. 2 cincin tanpa mata. Hanya saja yang satu dikelilingi berlian-berlian kecil berwarna pink yang menawan. Aku lagsung mengambilnya dan tersenyum lebar melihatnya.

”sepertinya aku sudah tahu apa keputusanmu.”

Aku hanya melihatnya dengan senyuman paling manis yang aku punya. Kupakai cincin itu di jari manis kiriku. Pas sekali. Bagaimana dia tahu ukuran jariku?

”yeppo.” pujinya. Aku hanya tersenyum melihatnya.

”gomawo Seunghyun-ah.”

”chonmaneyo. Aku harus kembali ke kantor dulu. kalau ada apa-apa telfon aku.”

Ia beranjak dari duduknya. Aku hanya mengangguk senang melihatnya

”oh, cincin yang satunya?”

”untuk cincin pertunangan besok.” Ucapnya sambil berbalik keluar.

“chankamman! Tunangan? Kapan?”

”besok, Aboji pulang hari ini kan? Kita tunangan besok. Kau tidak tahu?” aku hanya menggeleng untuk menjawabnya.

”pakai saja gaun tercantik yang kau punya. Aku yakin kau tetap cantik. Nanti malam aku ke rumah bertemu aboji. Sampaikan maafku tak bisa menjemput. Meeting.”

”arrasseo Seunghyun-ah.” ia keluar dari kantor ku dengan sedikit tegesa-gesa. Kalau sibuk kenapa sempat-sempatnya kesini sih? Aku hanya tersenyum melihat perlakuannya yang menurutku, ehm manis. Aku memencet tombol satu pada telfon kantor. Tak lama kemudian Seungjong masuk dengan santai.

”wae?” tanyanya sambil duduk di depanku.

”Jongie, appa datang jam berapa?”

”3 jam dari sekarang. Waeyo? Mau menjemput?”

”ne. Aku kosong kan?” sambil melihat jam tanganku. Appa datang pukul 11 AM.

”anhi. Ada meeting dengan bagian personalia. Mau ku ganti hari besok?”

”lusa. Besok aku tidak bisa. kosongkan jadwalku untuk besok.”

”ah, iya aku lupa. Kau besok tunangan kan Reina-ah? Chukkae.” Seungjong tersenyum bahagia ke arahku. Aku hanya bisa membalasnya dengan meringis.

”besok temani aku Jongie.”

”eoddiga?”

”salon” jawabku dengan semangat. Aku melihat mukanya langsung berubah ditekuk.

”ya! Aku memang sekertarismu tapi aku juga tidak harus ikut kegiatanmu yang seperti itu juga!” aku terkikik mendengarnya dan melihat wajahnya yang cemberut.

”ayolah… kapan lagi kita libur?” aku melihatnya dnegan puppy eyes ku.

”benar juga sih…” ia terlihat berpikir keras. Aku mulai melihat ada secercah harapan ia mau menemaniku. Hahaha

“anhi. Aku kan namja.” Senyumku langsung kutarik dari bibirku dan melihatnya dengan cemberut.

”aku tidak mau tahu besok kita ke salon. Bersama. Ok? Kau boleh keluar Jongie” aku tersenyum manis ke arahnya dan menariknya kembali begitu melihat tatapan sadisnya. Aku segera memakai lagi kacamataku dan kembali berkutat dengan berkas-berkasku.

”aish! Jinjja!!! Kenapa bisa bosku seperti ini!!” aku mengangkat kepala dan melihat Seungjong berteriak sambil keluar dari kantorku dengan mengacak rambutnya sadis. Aku hanya bisa tertawa kecil melihatnya dan kembali berkutat dengan berkasku.

Aku meletakkan kacamataku dan mengambil handphoneku.

To: Seunghyun

Memang kita sudah punya undangan? Besok pertunangan, undangannya?

 

Aku mengirimnya dengan cepat. Berharap Seunghyun cepat membalasnya.

Drrrd drrd

Aku tersenyum melihat handphoneku bergetar

From: Seunghyun

Undangan pernikahan belum dibuat Reina-ah. Kita butuh 6500 udangan. Eotte? Ada usul?

 

            To: Seunghyun

Serahkan padaku.

Aku segera mengambil jasku dan tasku. Melangkahkan kaki keluar dari kantorku.

”eoddiga Reina-ah?”

”ikut aku sekarang. Darurat.” ucapku kepada Seungjong tanpa berhenti dan melihat kearahnya. Beberapa saat kemudian aku merasa Seungjong disebelahku dengan jas melekat di tubuhnya. Aku menengok ke arahnya sekilas dan tersenyum.

”eoddigayo?”

”pesan undangan.”

”mwo? Belum pesan?”

”belum. Seunghyun juga tida mengatakannya kepadaku. Mana aku tahu. Untung tadi aku bertanya.”

”arrasseo. Sudah ada tempat?”

”sudah. Waktu ahjussi menikah pesan undangan disitu.” Seungjong hanya mengangguk kecil mendengar penjelasanku

***

Aku menimang 2 undangan ditanganku. Sama-sama berwarna pink. Yang satu berpita yang satu undnagan biasa.

”Jongie, yang mana?”

”aku lebih suka yang berpita. Kau?”

”sama. Mungkin tanya Seunghyun dulu. kita ke kantornya sekarang?”

”lebih cepat lebih baik.”

Aku segera beranjak dari sofa.

”siapkan 6500 undangan seperti 2 ini. Besok harus jadi. Aku akan bayar berapapun.”

”ne Agasshi. Akan kami siapkan. Undangan bisa diambil siang besok.”

Aku tersenyum mendengarnya. Semoga saja kerjanya memuaskan. Aku melihat jam tanganku sambil keluar dari toko undangan itu diikuti Seungjong. 1,5 jam sebelum Appa landing dari Paris.

***

”ada Seunghyun?” tanyaku pada sekertaris didepannya. Ia mengangkat kepala dan melihatku dengan senyum lebar.

”sudah membuat janji nona?” aku tersenyum kecut mendengarnya

“apa perlu aku membuat janji dengan calon suamiku sendiri?” sekertarisnya langsun melotot kaget. Ia segera berdiri dan membungkukkan badan.

“joseonghamnida Reina Agasshi. Tuan Seunghyun ada didalam, tetapi ia sedang ada tamu.”

“penting?” tanyaku dengan sinis.

“sepertinya Agasshi. Anda bisa menunggu jika mau.”

”seseorang seperti aku tidak pantas menunggu.” ucapku sambil meninggalkan sekertarisnya yang segera mengejarku.

”nona, tolong, kami di buru waktu. Joseonghamnida.” aku menengok dan melihat Seungjong menahan sekertaris itu mengejarku. Waktu ku tinggal 1 jam untuk menjemput Appa.

Aku segera membuka pintu kantor Seunghyun lebar-lebar tanpa mengetuk dulu. aku menjatuhkan undangan yang kupegang dan senyumku lenyap seketika. Seunghyun mencium kening seorang yeoja. Aku hanya bisa menatapnya nanar tanpabisa mengucapkan apa-apa.

Seunghyun segera melepaskan ciumannya di kening yeoja itu begitu melihatku di pintu. Ia hanya bisa menyembunyikan kekagetannya dihadapanku. Aku membungkuk untuk mengambil undangan yang kujatuhkan tadi.

”mianhe mengganggu, aku hanya mau Seunghyun-ssi memilih diantara kedua undangan ini.” ucapku sambil masuk ke kantornya diikuti dengan tatapan jijik dari yeoja di hadapan Seunghyun.

”sebenarnya aku tidak peduli kau siapa, dan aku tidak peduli hubungan kalian. Yang jelas dalam 5 menit Sunghyun harus punya keputusan undangan yang kanan atau kiri.” aku mengangkat daguku tinggi. Angkuh. Entah kenapa sifat angkuhku kembali dalam diriku.

”jadi ini calon istrimu itu?” aku melihat ke arah yeoja tadi. Ia masih melihatku dengan tatapan jijik.

”waktumu tinggal 3 menit Seunghyun-ssi.”

”oh tolong nona, bisa hargai waktu kami sediit?”

”mianhe, aku tidak rela waktuku hanya habis untuk mengurus semua ini. Seunghyun-ssi, kalau kau tidak bilang pilih yang mana aku yang menentukan.”

”Reina-ah, Tuan Lee landing 45 menit dari sekarang dan kau masih bedebat disini?” aku merasa Seungjonmg dibelakangku sekarang.

”Seunghyun-ssi, mulai detik ini biar aku dan Jongie yang mengurus pernikahan. Karena aku yakin kau lebih sibuk. Permisi” aku segera berbalik meinggalkan mereka dan menutup pintu

”sampaikan unadngan ini ke atasanmu yang brengsek itu.” capku saat melewati sekertarisnya dan melepar undangan yag kupilih.

***

Aku hanya bisa terdiam mengingatpa yang terjadi. Rasanya sakt sekali. Tapi entah kenapa aku tidak bisa menangis.

”Reina-ah, jangan dipikirkan.” aku melihat ke arah Jongie dan melihat Seungjong melihatku sekilas-sekilas sambil memerhatikan jalan.

”Jongie, kita ke kantor. Suruh orang kantor menjemput Appa. Aku tidak mau bertemu dengannya sekarang.”

”Reina-ah, jangan seperti anak kecil.”

”shikkureo. Ini perintah.”

”aish! Ne ne ne!!”

Aku merasa kepalaku berdenyut cepat mengingat kejadian tadi. Aku sudah berusaha menghilangkan sifat angkuhku demi Seungyun dan Seungjong, tapi ternyata hanya ini yang kudapatkan. Aku menghela nafasa panjang. Mobil memasuki tempat parkir kantor.

***

Aku memasuki kantor tanpa mengucapkan salam lagi untuk para bawahanku. Aku berubah. Aku adalah Lee Reina pewaris tunggal perusahaan pertambangan di Asia.

“jadwalku untuk besok apa?” tanyaku waktu didalam lit bersama Seungjong.

“anhi. Kosong. Kau yang minta dikosongkan tadi. Mau ke salonkan? Harus di buatkan janji dengan salon yang mana?”

”buat janji lagi dengan yang dibatalkan. Aku ingin kerja besok. Hubungi bagian undangan batalkan undangan berpita. Pakai yang satunya.” Seungjong hanya bisa mengangguk pasrah. Mianhe Jongie, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

”yobuseo? E, arasseo.”

”wae?”

”Tuan Lee dalam perjalanan ke kantor.” aku segera memencet tombol 1 pada lift.

”kita pulang. Aku tidak mau bertemu Appa.”

”aish! Jinjjayo!!!”

”shikkureo!!!”

 

Seunghyun POV’s

Aku hanya bisa terduduk diam sambil menimang undangan yang diserahkan sekertarisku setelah Reina pulang. Undangan ini terlihat sangat amat tidak menarik dimataku. Hanya undangan biasa berwarna pink. Tidak ada pita seperti yang di bawa Reina tadi. Aku segera mengambil kunci mobilku dan jasku. Aku berlari keluar kantor.

”jangan cari aku kosongkan jadwalku untuk besok.” ucapku sambil setengah berlari saat melewati sekertarisku. Ia hanya membungkukkan badan tanda paham. Aku segera berlari meninggalkannya.

Begitu sampai di parkiran aku segera menancap gasku ke rumah Reina. Tidak mungkin aku salah. Dia pasti di rumah.

***

”mana Reina?” tanyaku begitu melihat bibi Yurin menyambutku di depan.

”Tuan, joseonghamnida, Reina agasshi ingin beristirahat dan tidak ingin di ganggu.” aku hanya melihat bibi Yurin dengan tatapan sadisku. Aku segera berlari meninggalkannya dan menaiki tangga melingkar menuju kamarnya.

Aku mengetuk pintu beberapa kali. Masih tidak terdengar jawabannya. Pintunya pun terkunci.

”Reina-ah, ini Seunghyun. Buka, kita perlu bicara.” tidak berapa lama aku mendengar kunci diputar. Reina muncul dari dalam dengan wajah angkuhnya. Aku sama sekali tidak melihat mata sembap atau bekas tangisan disana.

”waeyo? Bukankah kau seharusnya bekerja? Masuk.” ia membuka pintunya lebih lebar mempersilakan aku masuk. Aku hanya mengerutkan alisku tanda tak mengerti. Tak menyangka akan mendapatkan peelakuan diluar dugaanku. Aku memasuki kamarnya dengan santai seolah-olah tidak ada apa-apa. Aku duduk di sofanya dan mendengar ia menutup pintu kamarnya dan tak berapa lama ia duduk di hadapanku.

”waeyo?”

”undangan yang kau pilih terlalu simple. Aku tidak suka.” Ucapku tanpa berpikir. Aku merutuki diriku sendiri. Babo!

”kau tidak dengar? Mulai dari tadi, aku dan Seungjong yang akan mengurus pernikahan kita. Aku paham kau sibuk.”

”yang menikah kita. Lee Reina dan Choi Seunghyun! Bukan Lee Reina dan Lee Seungjong!” bentakku tidak sabar. Kenapa dia jadi seperti ini? Bukan Reina yang kukenal.

”aku tidak peduli. Yang penting kita menikah dan besok tunangan kan?” tanya nya dengan raut muka datar. Aku menghela nafas panjang mendengarnya.

 

Reina POV’s

Aku melihatnya dengan muka sedatar mungkin tanpa memperdulikan keadaan hatiku.

Drrrd drrrd

Aku mengambil handphoneku di atas meja dan melihat nama Jongie tertera

From: Jongie ^^

Tuan putri, ku beritahu, kalau kau marah, akui kau menyukainya. Dan ku beritahu, kalau kau marah, kau akan kalah dari yeoja chingu Seunghyun.

 

            To: Jongie^^

Ya!

 

Aku membalas cepat sms Seungjong. Sebenarnya aku membenarkan perkataan Seungjong dalam hati. Ye? Anhi! Shirreo! Kalau aku menyukai namja didepanku ini berarti aku hanya mengharapkan harapan semu. Bukankah dia sudah mempunyai yeojachingu. Aku menghela nafas panajng. Memikirkan sms dari Seungjong. Ia ada benarnya juga.

”wae?” tanya Seunghyun dengan raut muka datar.

”anhi.” aku beranjak dari sofa

”chankamman.” aku hanya melihat sekilas ke arahnya yang memegang tanganku menyuruhku untuk duduk lagi. Dengan patuh aku mendudukkan lagi tubuhku di sofa hadapannya.

”mwo?”tanyaku dengan dagu terangkat

”sebenarnya aku kesini mau menjelaskan soal tadi saat di kant-”

”bukan urusanku” aku memotong ucapannya dengan cepat. Terlihat ia kaget dengan ucapanku. Ia hanya terdiam melihatku dengan tatapan sadisnya.

”dia tahu kita hanya berpura-pura?” tanyaku dengan tatapan sadis

”menurutmu?”

”molla.”

”sejauh ini tidak.”

”sejauh ini? Berarti kau ada niat untuk memberi tahunya?” tanyaku dengan cepat dan sengit.

”siapa tahu itu perlu di keluarkan.” jawabnya sambil mengedikkan bahunya.

”beri tahu saja, agar perjanjian kita batal.” sahutku sambil beranjak dari sofa meninggalkannya yang terdiam. Aku bergerak menuju pintu untuk keluar dari kamar.

”omo!!” teriakku kaget melihat Seungjong dan Appa sudah ada di luar kamar. Mereka sama kagetnya dneganku yang membuka pintu tiba-tiba.

”ah aha ahahaha Reina-ah. Jeongmal bogoshippoyo!” Appa langsung memelukku dengan kaku. Sekarang aku tahu apa yang mereka lakukan di depan kamarku. Menguping pembicaraanku dengan Seunghyun. Melewati bahu Appa aku bisa melihat Seungjong tersenyum bersalah. Aku melototkan mataku sengit ke arahnya.

”Appa, kapan kembali ke rumah?” aku berusaha melepaskan pelukan Appa yang termasuk sangat erat.

”baru saja. Appa tadi mau mengetuk kamar, tapi kau sudah keluar dulu. ahahaha” aku mengerutkan dahiku heran.

”Ah, ahjussi, sudah pulang?” aku merasakan nafas Seunghyun sangat dekat denganku dan aku merasakan tangan Seunghyun melingkar di pinggangku.

”Seungjong, kita harus bicara.” ucapku sambil melepaskan tangan Seunghyun di pinggangku.

”ne Reina-ah.” Seungjong menjawab tanpa bahasa formal dengan santainya.

”wah, kalian cepat akrab ya? Baguslah, memang itu yang Appa mau. Seunghyun, ayo kita minum kopi di ruang keluarga.” Appa tersenyum puas. Aku segera menggeret Seungjong pergi dari situ menuju ruang kerja ku.

***

”jadi apa yang terjadi? Appa mendengar pembicaaanku?” tanyaku to the point saat memasuki ruang kerjaku.

”molla. Tapi kalau beliau mendengar pasti marah kan?” Seungjong mengedikkan bahunya. Aku hanya mengangguk setuju dengan ucapannya.

”jadi, apa yang terjadi didalam? Aku sama sekali tidak mendengar apa-apa.” aku melotot ke arah Seungjong

”Ya! Jongie, aku kan pasti akan cerita, kenapa harus menguping segala sih?”

”aku tadi diajak Tuan lee Reina-ah.” aku hanya mendengus kesal mendengar pengakuan Seungjong.

”dia mencoba menjelaskan, tapi aku tidak mendengarkan, karena memang bukan urusanku. Benar kan?”

”setidaknya kau mempunyai hak sebagai istrinya kan?” aku hanya melihatnya sekilas. Memikirkan apa yang di katakan Seungjong. Aku mendengar seseorang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dulu. aku tahu siapa pelakunya

”apa yang diaktakan Appa?” tanyaku tanpa menoleh ke pintu

”Ahjussi sudah pulang?” aku memutar kursiku dan menatap siapa yang masuk. Senyumku langsung merekah begitu melihat siapa yang di hadapanku.

”JiYoung Oppa!!!!” teriakku histeris sambil berlari ke arahnya dan memeluknya erat.

”hahaha. Anyyeong piglet.”

”ya!” aku melepaskan pelukanku dan melihatnya dengan wajah cemberut.

”aigoo, kapan dewasanya kau ini piglet?” Jiyoung oppa menyentil hidungku pelan dengan wajah gemas.

”oppa, kenapa baru datang?” tanyaku sambil mneggandengnya keluar di ikuti oleh Seungjong di belakang.

”ya ya ya, aku meninggalkan Roma karena mendengar kau akan menikah piglet.”

”jinjja? Kau mau membawaku kabur dari pernikahanku kan pasti? Aigoo, tetap saja kau penyelamatku oppa.”

”igae mwoya?” aku langsung menghentikan langkahku dan menyadari kesalahan ucapanku.

”Jongie, tinggalkan kami dulu.”

”Reina-ah, ingat perjanjian. Arra?” aku hanya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan Seungjong

”nuguya?” kami duduk di pinggiran kolam renang.

”Lee Seungjong, sekertarisku.”

”aaah, ku kira itu calon suamimu.”

”anniyo! Calon suamiku itu-”

”aku.” aku menoleh dan melihat Seunghyun sudah berdiri bersandar dengan santai pada pintu balkon kolam renang.

”wow, Choi Seunghyun!!” Jiyoung oppa langsung bangkit dan meninggalkan ku sendiri di pinggir kolam renang.

”kalian kenal?” tanyaku sambil melihat mereka yang terlihat sangat akrab

”tentu saja. Dia teman baikku sewaktu aku bisnis di Roma. Kenapa kalian kenal?” sahut Seunghyun

”Jiyoung oppa tunanganku.” sahutku santai

”mantan Reina-ah, mantan.” aku hanya bisa mengerucutkan bibirku sebal mendegar sahutan dari Seunghyun.

”oppa, nanti saat upacara pernikahanku oppa harus menarik tanganku untuk kabur ya?” aku beranjak dan menggandeng tangan Jiyoung oppa dengan mesra.

”nanti aku naik kuda putih ya?”

”ne, lalu kau bawa aku ke istana yang besaaar sekali.” aku membawa Jiyoung oppa menjauh dari Seunghyun.

***

”bagaimana bisa menikah dnegan Seunghyun?” aku melihat Jiyoung oppa sambil menyeruput kopiku

”perjodohan.”

”mwo? Aigoo, kau dipaksa ahjussi?”

”ne oppa. Aku sebenarnya tidak mau, tapi Appa bilang akan menghilangkan semua sahamku.”

”omo, kapan pernikahannya?”

”4 hari lagi. Besok tunangan.”

”aigoo”

”bawa aku pergi oppa.”

”hahaha, ya Reina-ah, salahkan dirimu kenapa dulu kau memaksa Ahjussi membatalkan pernikahan kita.”

”oppa, michyeoseo?! Waktu itu aku masih berumur berapa?”aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan sadis yang kupunya.

”baiklah, kau tenang saja. Besok ku temani untuk pertunanganmu. Anggap saja kau akan bertunangan dneganku. Aku mau bertemu dengan ahjussi dulu. ok?”

”jangan sentuh rambutku oppa!!” teriakku dengan kesal sedangkan Jiyoung oppa hanya bisa tertawa sambil meninggalkanku di kamar sendiri.

***

Aku menyentuh gaun soft pink di atas kasurku. Gaun ini sangat santai. Terusan selutut dengan satu bahu. Sutra. Jiyoung oppa yang memilihkannya untukku. Tinggal beberapa jam menuju pertunanganku. Aku menghela nafas panjang.

”belum siap-siap?” aku menoleh ke arah pintu dan melihat Seunghyun ada di sana. Sudah lama kami tidak mengobrol. Aku duduk di sofa dan menepuk sofa sebelahku. Mengajaknya duduk. Ia menutup pintu dan mendekatiku.

”waeyo?” aku menyandarkan kepalaku di bahunya begitu ia duduk di sebelahku.

”anhi. Aku hanya butuh tempat bersandar. Aku benar-benar pasrah dengan apa yang terjadi Seunghyun-ah.”

”nado. Tenang saja Reina-ah, kita pasti bisa melewatinya.” aku hanya tersenyum tipis saat Seunghyun mengatakannya sambil mengelus puncak kepalaku pelan. Entah kenapa perlakuannya bisa menenangkanku. aku merindukannya. jeongmal.

”Seunghyun-ah, aku memercayaimu. Bisakah aku minta satu hal?”

”mwoya?”

”setelah ini jangan sering bertemu yeojachingumu. Eotte?”

”mianhe. Aku membuatmu berat.”

”gwenchana, aku hanya malas menjawab berbagai pertanyaan yang datang kalau kau ketawan dekat dengan yeoja lain.”

”ahaha, ne, arrasseo tuan putri. Kau tahu kita jadi halaman depan di koran hari ini karena pertuangan kita?”

”jinjjayo? Apakah aku terlihat cantik?” sahutku langsung bangun mendengarnya. Aku tidak suka fotoku jelek di halaman depan koran. Ia hanya mengedikkan bahu dan terkikik geli melihat wajahku yang langsung berubah cemberut.

”baiklah, kau keluar, aku akan siap-siap. 2 jam lagi kan?” ucapku sambil menarik kepalaku.

”shirreo. Kau berdandan saja. Aku tetap disini melihatmu berdandan.”

”ya!” aku memukul dadanya pelan.

”ah. Kau mau membuatku cacat sebelum pertunangan?” ucapnya sambil memegangi dadnaya kesakitan.

”itu benar-benar sakit Seunghyun-ah? Mianhada.” aku hanya bisa menunduk merasa bersalah.

”hahaha, anniyo. Gwenchana. Baiklah aku keluar. Kita bertemu nanti malam ok?” ia beranja dari sofa dan keluar. Aku hanya bisa tersenyum manis mendengarnya. Tentu saja aku akan cantik untuk acara pertunanganku.

 

Seunghyun POV’s

”Jiyoung!” teriakku pelan saat melihatnya hendak menaiki mobil pergi. Ia berbalik melihatku dan melambaikan tangannya. Aku berjalan santai menghampirinya.

”eoddiga?” tanyaku di depan pintu rumah Reina

”beli hadiah untuk kalian nanti malam”

”aigoo JiYoung, kau pikir kami anak kecil?”

”aku pergi dulu. jaljjyo.” ia masuk pintu dan mengendarai mobilnya dengan cepat. Aku hanya bisa tersenyum kecil melihatnya.

 

Author POV’s

Malam harinya aula rumah keluarga Lee sudah penuh dnegan tamu undangan yang sedang berbincang-bincang artau sekedar menyapa satu sama lain. Acara pertunangan 2 anak pengusaha besar. Lee Reina dan Choi Seunghyun. Terlihat Seunghyun berbincang dengan beberapa rekan kerjanya dengan senyum merekah. Alunan musik merdu tiba-tiba mengalun dengan indah. Tampak seorang yeoja cantik menuruni tangga lingkar dengan anggun. Gaun soft pink melekat pas di tubuhnya. Dengan rambut di gelung atas menyisakan beberapa helai yang di keriting makin membuatnya terlihat berkilau. Semua pengunjung berbisik sambil tersenyum mengagumi yeoja itu. Jiyoung dan Seunghyun mendekatinya dan memberinya tangan untuk membantunya menuruni beberapa tangga yang tersisa. Semua pengunjung berganti berbisik dengan penuh tanya karena ada dua namja yang menyambutnya. Yeoja itu tersenyum kepada Jiyoung dengan sangat manis tapi tangan kirinya meraih tangan Seunghyun. Semua pengunjung bertepuk tangan saat tangan mereka bersatu.

 

Reina POV’s

”kalian pasangan yang serasi.” aku menengok melihat siapa yang berbicara. Senyumku merekah melihat namja tampan itu.

”Jongie!” aku melepaskan tanganku dari Seunghyun dan berjalan ke arah Seungjong yang tak jauh dari tempatku dan memeluknya. Aku bisa mendengar semua berbisik melihatku seperti itu.

”Jongie, gomawo…” bisikku

”Reina-ah, michyeoseo?!” Seungjong melepaskan pelukanku dan melihatku dengan tatapan sadisnya. Aku hanya tersenyum melihatnya. Tanganku di raih oleh seseorang. Aku menengoknya dan melihat siapa yang meraihnya. Seunghyun. Aku tersenyum semakin lebar melihatnya melihatku dengan tatapan lembutnya.

”Ayo kita resmikan.” aku hanya bisa mengangguk senang mendengarnya. Aku membalikkan badan dan melihat Appa sudah siap untuk meresmikan kami.

~TBC~

hehe maaf ya, sebenarnya ini kepanjangan banget kali ya? bukan gaya Anin banget kalau panjang-panjang *digeruduk massa* yah pokoknya jangan lupa comment. karena Chapter selanjutnya akan mulai di protect. ok? gomawo :*

Contact me on:

*twitter*

@kpopwrongcode

@aaninditya

*email*

dityagita@yahoo.com